Jumat, 26 Februari 2016

Makalah Sosiologi Stratifikasi Sosial




Makalah Sosiologi
Stratifikasi Sosial

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas softskill ini akhirnya bisa diselesaikan.
Tugas softskill dengan judul “stratifikasi sosial” ini disesuaikan dengan tujuannya untuk menunjang perkuliahan dalam mata kuliah IBD(ilmu budaya dasar) serta memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen  kepada saya.
            Materi diskusi sudah diurutkan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, sehingga Mahasiswa insya Allah dapat dengan mudah memahami.
            Penulis menyadari bahwa masih banyak ketidaksempurnaan pada penulisan tugas sofftskil ini,
baik isi maupun redaksinya, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat memperbaiki tugas  ini untuk selanjutnya.
            Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun tidak terhadap terselesaikannya tugas sofftskil ini.
            Akhir kata, insya Allah tugas softskil ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.



Depok, November 2015

Penyusun

Kata Pengantar……………………………..…………………………………...…i
Daftar Isi………………………………………………………………………….ii
BAB I
PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang…………………………………………………………….1
b.      Rumusan Masalah…………………………………………………………2
c.       Tujuan……………………………………………………………………..3
BAB II
PEMBAHASAN
a.       Pengertian stratifikasi social……………………………………………....4
b.      Sebab – sebab terjadinya stratifikasi social……………………………..…5
c.       Sistem stratifikasi social…………………………………………………...6
d.      Dimensi stratifikasi social………………………………………………....7
e.       Bentuk bentuk stratifikasi social…………………………………………..8
f.       Dampak stratifikasi social…………………………………………………9
g.      Mobilitas sosial…………………………………………………………..10
h.      Pendekatan dalam stratifikasi social……………………………………..11
i.        Teori-teori dalam stratifikasi social……………………………………...12
j.        Dasar dasar pembentukan lapisan sosial…………………………………13
k.      Fungsi stratifikasi social………………………………………………….14
BAB IV
PENUTUP
a.       Kesimpulan………………………………………………………………15
b.      Saran……………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………iii

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Misalnya jika masyarakat menghargai kekayaan material dari
 pada kehormatan maka mereka yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati kedudukan yang tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan-lapisan pada masyarkat sangatlah berbeda dan banyak. Namun secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.
filosof Aristoteles (Soekanto, 2003:227) mengatakan bahwa zaman dahulu di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di tengah-tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang siapa yang mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.
Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan sebutan stratifikasi sosial (social stratification). Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class)  dan kelas bawah (lower class).
Adanya lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam aktivitas sosial individu atau kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka masyarakat itu akan menarik untuk dilihat, dikenal, dan dipelajari.
Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin, golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan. Semakin maju dan rumit teknologi suatu masyarakat, maka semakin kompleks sistem lapisan masyarakat.
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarkat berbeda-beda dan sangat banyak. Namun secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.





Tinjauan Pustaka

Perdefinisi, stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya  pembedaan dan/atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas) secara bertingkat. Misalnya: dalam komunitas tersebut ada strata tinggi, strata sedang dan strata rendah.  Pembedaan dan/atau pengelompokan ini didasarkan pada adanya suatu simbol -simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai baik berharga atau bernilai secara sosial , ekonomi,  politik,  hukum,  budaya maupun  dimensi lainnya dalam suatu  kelompok sosial (komunitas). Simbol -simbol  tersebut misalnya, kekayaan, pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan pekerjaan. Dengan kata lain, selama dalam suatu kelompok sosial (komunitas) ada sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai, maka selama itu pula akan ada stratifikasi sosial dalam kelompok sosial (komunitas) tersebut. Secara sosiologis jika dilacak ke belakang konsep  stratifikasi sosial memang kalah populer dengan istilah kelas sosial, dimana  istilah  kelas  sosial  pada awalnya  menurut diperkenalkan pertama kali oleh penguasa Romawi Kuno. Pada waktu  itu, istilah kelas sosial digunakan dalam konteks penggolongan masyarakat terhadap para pembayar pajak. Ketika itu ada dua masyarakat, yaitu masyarakat golongan kaya dan miskin(Ralf Dahrendorf ,1986).
Perbedaan secara tegas antara kelas sosial dan status sosial antara lain  dikemukakan Max Weber dengan mengajukan konsep tentang kelas sosial, status sosial dan partai. Menurut Weber, kelas sosial merupakan stratifikasi  sosial  yang  berkaitan dengan hubungan produksi dan penguasaaan  kekayaan. Sedangkan  status  sosial  merupakan manifestasi dari stratifikasi sosial yang berkaitan dengan prinsip yang dianut oleh komunitas dalam mengkonsumsi kekayaannya dan/atau gaya hidupnya. Partai merupakan perkumpulan sosial yang berorientasi penggunaan kekuasaan untuk mempengaruhi suatu tindakan sosial tertentu.

B.       Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.        Apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial?
2.        Apa yang menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial?
3.        Bagaimana proses pembentukan pelapisan sosial?
4.        Apakah fungsi dari stratifikasi sosial?

C.   Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.        Mengetahui dan memahami stratifikasi sosial.
2.        Mengetahui keadaan masyarakat pada lapisan-lapisan yang berbeda-beda
3.        Menjelaskan fungsi dan dampak stratifikasi sosial.














BAB II

PEMBAHASAN

A.  Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Sebagaimana Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran kekuasaan dan wewenang, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi sistem sosial. Yang diartikan sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antara individu dalam masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut.
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli.
a.            Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat. Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dan tanggung-jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat.
b.      Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c.       Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori    dari hak-hak yang berbeda
d.      Drs. Robert. M.Z. Lawang
Sosial Stratifikasi adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan dua konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi politik, nilai budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.
Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise (wibawa).

B. Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan meni mbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua atau pemimpin pasti menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai tugas apapun. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya. Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyai ketrampilan apapun.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan kenyataan hidup berkelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat, pokok-pokok sebagai berikut dapat dijadikan pedoman :
Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidikan.
Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur antara lain:
·           Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya;penghasilan, kekayaan, keselamatan, (kesehatan, laju angka kejahatan) wewenang dan sebagainya.
Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
·           Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik wewenang atau kekuasaan.
·           Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
·           Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menduduki kedududkan yang sama dalam system sosial masyarakat seperti;
1) Pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan dan sebagainya)
2) Kesamaan atau ketidaksamaan system kepercayaan, sikap dan nilai-nilai
3) Kesadaran akan kedudukan masing-masing
4) Aktivitas sebagai organ kolektif
Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut :
·           Terjadinya secara otomatis, karena factor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya : Kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
·           Terjadinya dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, Seperti Pemerintah, Partai politik, Perusahaan, Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam stratifikasi sosial.Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antar generasi. Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup.
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa mengubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan penghasilan yang tinggi.
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat atau bangsawan darah biru.
Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas social cukup besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.

 

C.    Sistem Stratifikasi Sosial

Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat berpindah dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu. Dengan demikian berarti dalam sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri.
Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan. Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di india misalnya:
a) Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/ kelahiran. Anak yang lahir memperoleh  kedudukan orang tuanya.
b)   Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.
c)   Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.
d)   Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e)   Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta,   identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
f)    Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
g)   Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Ada juga yang namanya Stratifikasi campuran. Stratifikasi campuran, diartikan sebagai sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain
Dengan demikian, stratifikasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Lapisan-lapisan dalam masyarakatdapat bersifat :
1.Closed Sosial Stratification (Lapisan-lapisan Sosial yang tertutup)
2.Open Sosial Stratification (Lapisan-lapisan Sosial yang terbuka)
3.Lapisan-lapisan Sosial yang sengaja disusun.
A.      Stratifikasi Sosial yang bersifat tertutup.
Di dalam lapisan-lapisan Sosial yang tertutup, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran ( keturunan,dalam lapisan-lapisan Sosial yang tertutup dengan jelas di lihat dalam masyarakat India yang berkasta, masyarakat Bali, dan didalam masyarakat feodal serta dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan rasial.
B.      Startifikasi sosial yang bersifat terbuka
Di dalam stratifikasi sosial yang bersifat terbuka, sifat individu, anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri (prestasi) untuk naik lapisan atau bagi mereka yang beruntung (tak berprestasi) jatuh dari lapisan yang atas kelapisan dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi peangsang yang lebih besar kepada sikap anggota masyarakat untuk memperkembangkan kecakapannya / prestasinya, karena itu sistem tersebut sesuai untuk dijadikan landasan pembangun masyarakat.
C.    Stratifikasi Sosial yang sengaja dibentuk
Bahwa didalam masyarakat ada lapisan-lapisan sosial yang sengaja disusun atau dibentuk yaitu ada dalam suatu organisasi formil.

D.    Dimensi Stratifikasi Sosial

Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Kekayaan
Siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya., kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atasan.
3. Ukuran Kehormatan
Kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.
Ada empat yang mendorong seseorang untuk disegani maupun dihormati dalam konteks stratifikasi sosial. Yang pertama adalah kekayaan. Dengan adanya suatu kekayaan, orang akan membeli apa saja yang dia mau. Yang kedua adalah kekuasaan. Kekuasaan akan digunakan sebagai penundukan seseorang yang berada dibawahnya. Yang ketiga adalah kehormatan, dimana seseorang akan disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh utama dan yang di sepuhkan di masyarakat itu. Yang keempat adalah ilmu pengetahuan, jika seseorang pendidikannya tinggi dan dia sudah mendapatkan gelar doktor maupun magister, secara tidak langsung akan ada rasa sistem kelas terhadap seseorang yang tidak pernah sama sekali menduduki bangku sekolah.

E.     Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial

Suatu pelapisan sosial itu terjadi berdasarkan suatu kriteria tertentu, dan dengan berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka dapatlah bentuk-bentuk strata sosial antara lain sebagai berikut:
1)            Kriteria biologis
a.          Menurut jenis kelaminnya, maka ada:
Ø  Golongan laki-laki
Ø  Golongan wanita, selain itu ada juga sejumlah individu yang banci.
b.         Menurut umurnya:
Ø  Golongan anak-anak
Ø  Golongan dewasa
Ø  Golongan tua
2)            Kriteria Geografis / Territorial
Dapat digolongkan  atas : masyarakat desa, masyarakat kota (kota kecil, kota madya, dan   kota besar)
3)            Kriteria Ekonomis
Yaitu berdasarkan hak milik penduduk, maka terdapat stratifikasi  Sosial dalam tiga kelas :
Ø  Kelas Ekonomi Tinggi
Ø  Kelas Ekonomi Menengah
Ø  Kelas Ekonomi Rendah
4)            Kriteria Status / Jabatan
Berdasarkan kriteria jabatan terdapatlah lapisan-lapisan :
Ø  Golongan Status Sosial Tinggi
Ø  Golongan Status Sosial Menengah
Ø  Golongan Status Sosial Rendah
Ø  Golongan bukan pegawai / pejabat
5)            Kriteria Politis
Dalam kriteria politis, yang utama adalah golongan yang menganut aliran politik, yaitu    anggota partai politik dan gerakan masa,yang lain adalah golongan non partai.
Dari golongan partai politik terdapat Strata Sosial :
Ø  Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat pusat (pemimpin pusat) berkedudukan di ibu kota negara.
Ø  Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat daerah (tk. I / propinsi)
Ø  Golongan pimpinan Partai tingkat Cabang
Stratifikasi Sosial yang berdasarkan status jabatan / politik, terdapatlah heirrakhi, yakni  urutan tingkatan dari yang paling atas sampai pada yang paling bawah. Demensi Stratifikasi Sosial modern terbagi menjadi tiga golongan , yakni:
a. golongan tinggi,
b. golongan menengah,
c. golonagan rendah
6)   Kriteria Kehormatan
Ukuran kehormatan, terlepas dari ukuran kekayaan / kekuasaan. Orang yang paling disegani karena kelebihannya, dihormati,dan mendapat tempat teratas. Ukuram semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisionil, pada golongan tua atau orang yang pernah berjasa kepada masyarakat
7)   Kriteria Ilmu Pengetahuan / Pendidikan .
Kriteria atas dasar Pendidikan tedapat Strata Sosial :
Ø  Golongan yang berpendidikan tinggi
Ø  Golongan yang berpendidikan menengah
Ø  Golongan yang berpendidikan rendah
8)   Kriteria Agama
Dilihat dari segi agama, dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan yang berdasarkan keagamaanm. Misalnya :
Golongan orang Islam dan bukan Islam
Ø  Golongan Islam yang mendalam dan yang masih dangkal ( abangan)
Ø  Golongan bukan Islam.
Ø  Dibedakan : orang yang beragama dan orang yang tidak beragama (Atheis)
Ø  Golongan bukan Islam dibedakan lagi :
a. Golongan penganut Budha
b. Golongan penganut Hindu Bali
c. Golongan penganut Katholik
d. Golongan penganut Protestan
Golongan Atheis, adalah golongan orang-orang yang belum mempunyai sesuatu keyakinan keagamaan, sikap hidupnya kurang menyadari nilai-nilai kemanusiaan atua norma-norma sosial.
9)   Kriteria Marxisme
Terdapat dua macam kelas, yakni;
1 Kelas borjuis ( pemegang kapital)
2 Kelas buruh proletar ( buruh yang hanya bermodal tenaga kerja saja)

F.     Dampak Stratifikasi Sosial

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama  membuka tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.
Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi akan mengakibatkan adanya hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Kelas yang tergolong atas akan memegang peranan kelas bawah yang notabenya harus disamakan, karena sesama makhluk tuhan. Secara teoritis memang semua masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi pembedaan tersebut merupakan gejala universal yang merupakan sistem sosial dalam masyarakat. Maka dari itu, meski ada stratifikasi sosial seseorang atau masyarakat harus memegang konsep keadilan sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah SWT.
Yang Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

G.    Mobilitas Sosial

Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Sebagaimana nampak dari definisi Ransford, mobilitas sosial dapat mengacu pada individu maupun kelompok. Contoh yang diberikan Ronsford mengenai mobilitas sosial individu ialah perubahan status seseorang dari seorang petani menjadi seoarang dokter. Mobilitas sosial suatu kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik atau kaum perempuan mengalami monilitas, misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan rata-rata bila dibandingkan dengan kelompok mayoritas.
Suatu bahan pokok yang banyak mendapat perhatian ahli sosiologi adalah masalah mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. mobilitas intragenerasi mengacu pada mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya; misalnya dari asisten dosen menjadi guru besar atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi. Mobilitas anatargenerasi dipihak lain mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang tuanya; misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insyiur, atau anak menteri menjadi pedagang kaki lima.
Suatu study yang sering menjadi bahan acuan dalam bahasan mengenai mobilitas antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap mobilitas pekerjaan di AS. Kedua ilmuan sosial ini menyimpulkan dari data mereka bahwa masyarakat Amerika merupakan masyarakat yang relatif terbuka karena didalamnya telah terjadi mobilitas sosial vertikal antargenerasi, dan dalam mobilitas intragenerasi pengaruh pendidikan dan pekerjaan individu yang bersangkutan lebih besar dari pada pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tau. Dengan perkatan lain, dalam tiap generasi telah terjadi peningkatan sattus anak sehingga melebihi status orang tuanya. Dan dalam tiap generasi pun telah terjadi peningkatan status anak sehingga melebihi status yang diduduki pada awal kariernya sendiri.
Pada masyrakat yang mempunyai sistem stratifikasi terbuka pergantian status dimungkinkan. Meski dalam masyarakat demikian terbuka kemungkinan bagi setiap anggota masyarakat untuk naik turun dalam herarki sosial, dalam kenyataan mobilitas sosial antargenerasi maupun intragenerasi yang terjadi bersifat terbatas.

H.    Pendekatan dalam Stratifikasi Sosial

Ada tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial:
1.         Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2.    Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3.    Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat.


I.       Teori-teori Stratifikasi Sosial

Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial:
1.         Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang disebutnya sebagai ”kapitalis adaptif”.
2.         Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.
3.         Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4.         Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur strtifikasi.
5.         Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan pemilikan modal. Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.

J.    Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagaidasarpembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
1. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, kepemilikan hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau, lahan persawahan dan sebagainya. Orang-orang yang mempunyai hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau mempunyai pandangan bahwa siapa yang bisa untuk membeli hewan ternak itu adalah hanya orang-orang yang kaya atau mampu saja, bahkan dengan adanya hewan ternak tersebut si pemilik atau peternak bisa membiayai untuk kebutuhan hidupnya.
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, membuat ijazah palsu dan seterusnya.
Unsur-unsur stratifikasi :
1. Kedudukan (Status) Yaitu kedudukan sebagai tempat/posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial
2. Peranan (Role) Yaitu Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seperti peranan peternak kambing sebagai penggerak roda perekonomian yang secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial :
1. Ascribed
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti
peternak kambing yang bisa menjadi sukses karena keuletan dan kegigihannya sehingga bisa mengangkat derajat kehidupannya, harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
Bentuk stratifikasi sosial diantaranya sebagai berikut :
·           Sistem Kasta (tertutup)
Sistem kasta memilki karakteristik sistem kelas yang horizontal (strata) yang merefresentasikan area-area fungsional yang terdapat dalam masyarakat. Area-area tersebut meliputi religi (agama), pendidikan, pemerintahan dan bisnis. Masing-masing area kemudian disusun berdasarkan atas tingkat kepentingan fungsional dalam masyarakatnya.
·           Sistem Estate (tertutup)
Bentuk kedua dari stratifikasi sosial adalah sistem estate yang pada dasarnya juga berdasarkan pada sistem kelas tertutup, tetapi lebih luas bila dibandingkan dengan sistem kasta. Sistem estate mencapai masa kejayaannya pada masa feodalisme di eropa dan masih digunakan oleh beberapa negara yang tetap mempertahankan sistem aristokrasi atau kepemilikan tanah secara turun temurun (feodalis Eropa). Istilah ”estate” berasal dari istilah feodal Eropa.
·           Sistem Kelas (terbuka)
Status sosial yang mereka peroleh dari ukuran ekonomi yaitu seberapa besar kekayaan yang dipunyai. Ketiga kelas tersebut adalah kelas atas (kelas kaya), kelas bawah (kelas miskin) dan kelas yang ketiga, yang berada diantara kelas kaya dan kelas miskin tersebut yakni kelas menengah. Contoh dalam dunia peternakan seperti para peternak kambing yang terdiri dari beberapa lapisan/stratifikasi baik kelas atas maupun kelas bawah, karena rata-rata peternak kambing di pedesaan keadaan ekonominya masih jauh dari mencukupi.



K.  Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai berikut :
·           Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan, dan wewenang pada jabatan, pangkat, kedudukan seseorang.
·           Sistem pertanggaan (Tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, Misalnya: Pada seorang yang menerima anugerah penghargaan gelar kebangsawanan, dan lain sebagainya.
·           Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah di dapat melalui kualitas pribadi keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikikan, wewenang atau kekuasaan.
·           Penentuan lambang-lambang (Simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
·           Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
·           Alat solidaritas di antara individu-individu/ kelompok yang menduduki system sosial yang sama dalam masyarakat.
Fungsi Stratifikasi Sosial di dalam bidang Peternakan : Mempermudah dalam proses penyuluhan maupun proses penggolongan, apakah itu penggolongan berdasarkan ekonomi maupun pendidikan.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah saya paparkan diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege dan prestise. Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Dalam dimansi stratifikasi sosial ada 4 yang dapat tergolongkan, yaitu kekayaan, kekuasaan, ehormatan, ilmu pengetahuan. Semuanya akan berdampak terwujudnya hukum rimba, dimana yang tergolong menjadi kelas atas sepenuhnya akan memegang peranan kelas bawah. Didalam stratifikasi sosial ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat.
Disamping adanya pendekatan, dalam stratifikasi juga ada teori. Ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.


L.     Saran
Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka dalam melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya diskriminasi. Dan perlu kita perhatikan bahwa stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat optimis dan merasa cukup dalam hal ini sangat diperlukan


























Daftar Pustaka

Ø  Horton, Paul B; dan Hunt, Chester L. 1990. Sosiologi. Jakarta 10430: Penerbit Erlangga.
Ø  Soekanto, Soerjono. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV. Rajawali.
Ø  Miftahul Khoiri, 2014, Fungsi Stratifikasi Sosial di Masyarakat,
Ø  http://www.ilmusosilogi.com/2014/11/fungsi-stratifikasi-sosial-di-masyarakat.html
Ø  Abdulsyani,  Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, (Jakarta : IKAPI, 1994).
Ø  Robert M. Z. Lawang, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994).
Ø  Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
Ø  Sanderson Stephen K.. Makro Sosiologi sebuah pendekatan terhadap
Ø  realitas sosial. (Jakarta: PT RajaGrafindo., 2003).
Ø  Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007).
Ø  Dra.MutamimahBudiwati,sosiologi,2004.andi
departemen pendidikan dan kebudayaan kamus besar bahasa indonesia,balai pustaka jakarta,1989
.
Ø  prof.Dr.S.Nasution,Ma sosiologi pendidikan 2004 jakarta pt bumi aksara.
Ø  Dutcan Mitchel (alih bahasa: Sahat Simamora), Sosiologi (Jakarta: Bina Aksara, 1984).
Ø  Saptono, dan Bambang Suteng Sulasmono.  2007. Sosiologi. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama.
Ø  Soelaeman, M. Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar